Pertumbuhan Kredit Diperkirakan Lebih Tinggi Dari Tahun 2017 Mencapai 11,8 Persen
Dalam survei perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) telah di temukan hasil indikasi yang menyatakan bahwa adanya penguatan optimisme pada peningkatan penyaluran kredit pada tahun 2018. keyakinan terhadap peningkatan tersebut karena adanya perkiraan kondisi ekonomi yang semakin membaik. Selain itu optimisme penyaluran kredit pada tahun ini pun didukung oleh penurunan suku bunga kredit, penurunan resiko penyaluran kredit dan penurunan risiko lukuiditas perbankan. "Untuk keseluruhan tahun 2018, pertumbuhan kredit diperkirakan mencapai 11,8 persen (secara tahunan/yoy) atau lebih tinggi dibandingkan 7,7 persen (yoy) pada tahun 2017 (posisi November)," tulis bank sentral dalam laporannya.

Adapun pada kuartal I 2018, pertumbuhan kuartalan (qtq) kredit diperkirakan masih meningkat, meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 92,8 persen, lebih rendah dari 94,3 persen pada kuartal sebelumnya. Meski tidak setinggi kuartal sebelumnya, SBT kuartal I 2018 masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2017, di mana SBT 52,9 persen dan 2016 SBT 31,3 persen. Perkiraan menguatnya pertumbuhan ekonomi, rencana penurunan suku bunga kredit, dan penurunan risiko penyaluran kredit menjadi faktor utama yang mendorong optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit kuartal I 2018.
Prioritas utama perbankan dalam penyaluran kredit baru kuartal I 2018 adalah kredit modal kerja, terutama nasabah yang bergerak pada sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan, dan sektor perantara keuangan. "Untuk jenis kredit konsumsi, prioritas utama perbankan adalah penyaluran kredit untuk kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan Kredit Tanpa Agunan (KTA)," ungkap bank sentral.